MAKALAH HAKEKAT PENDIDIKAN


MAKALAH
HAKEKAT PENDIDIKAN


 
OLEH
MARSELINUS KANDIDUS BRIA (13110137)


 



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2011







 BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

            Masyarakat dunia modern sangat menyadari pentingnya pendidikan. Pernyataan ini disimpulkan dari observasi terhadap venomena real yang ada pada masyrakat sosial khususnya masyarakat Indonesia.
Setiap Negara mempunyai konsep pendidikan yang berbeda-beda sesuai alasan dan dasar pemikiran mereka terhadap sistem pendidikann mereka masing-masing. Seperti halnya Indonesia,tentu  saja memiliki konsep pendidikan tersendiri sebagaimana yaitu tercantum dalam undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
            Karena pentingnya pendidikan, banyak orang bekerja keras untuk mendapat pendidikan secara efesien karena pendidikan diibaratkan sebagai sebuah emas yang diingi semua orang sehinggah orang harus banyak menghadapi berbagai kendalah tertentu untuk memperolenya. Pendidikan juga masih terisolasi dengan berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan itu sendiri.baik itu yang bersifat posetif atau membangun maupun bersifat sebaliknya sehinggah sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan.

1.2              Rumusan Masalah
Ditinjau dari latar belakang dapat memunculkan beberapa permasalahan yaitu :
·         Apa saja yang tersirat dalam kosep pendidikan itu sendiri ?
·         bagaimana konsep pendidikan di indonesia ?
·         Apa inti atau hakikat dari pendidikan
·         Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah pendidikan?

1.3              Tujuan
·                     Menguraikan konsep pendidikan
·         Menjelaskan konsep pendidikan di Indonesia
·         Menjelaskan inti atau hakikat dari pendidikan
·         Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pendidikan

1.4              Metode pengambilan data
·         Studi pustaka
·         Observasi/pengamatan

BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Konsep dan Hakekat Pendidikan

2.1.1        Konsep Pedidikan

            Kecendrungan pemberian informasi yang lebih dari pada pengembangan kepribadian memberi kesan bahwa hanya bisa menampakan kecerdasan itelektualnya saja (IQ). Pernyataan ini memberi uraian bahwa konsepsi ini menyebabkan peranan sekolah terpisah dari pengalaman hidup nyata sehri-hari disamping kurang adanya perhatian terhadap semua bentuk sumber belajar yang ada dalam masyarakat. Pemahaman tentang konsep ini begitu dominan, sehingga pembaharuan pendidikan selalu diartikan pembaharuan isi dari kurikulum yang sudah ditetapkan. Bahkan ada kecenderungan bekal hidup yang diberikan kepada peseta didik terlalu berat, sehingga bobot kegiatan belajar merupakan beban yang tak tertanggungkan bagi peserta didik maupun bagi guru, karena waktu yang disediakan terbatas.
            Pengembangan konsep pendidikan selanjutnya mengarah kepada pengertian yang lebih Iengkap. Batasan pendidikan lebih mengacu kepada pendapat para ahli yang mengartikan pendidikan sebagai usaha yang disengaja dan sadar untuk rnengembangkan kepribadian anak untuk menjadi anggota masyarakat. pandangan tentang hakekat manusialah yang menjadi dasar untuk membina kepribadian anak manusia dan rnenyiapkan mereka menjadi anggota masyarakat.
            Konsep pendidikan selanjutnya adalah konsep pendidikan yang menyatukan semua kegiatan pendidikan, baik yang terjadi dalam sekolah, maupun di luar sekolah (dalam keluarga dan masyarakat), secara terpadu yang berlangsung sepanjang hayat, yang oleh UNESCO disebut pendidikan seumur hidup terpadu-iife long integrated education.
            Konsep. pendidikan seperti terkemuka mengandung dua pengertian esensial yaitu pendidikan berlangsung sepanjang hayat manusia dan pendidikan merupakan kegiatan terpadu antara kegiatan pendidikan dalam sekolah dan di luar sekolah.
            Pengertian pertama menegaskan bahwa pendidikan mengembangkan potensi-potensi dan sikap subjek didik secara maksimal tanpa mengenal batas usia. Konsep ini tidak sependapat dengan pendidikan yang hanya mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat atau mempersiapkan kedewasaan saja.
            Pengertian yang kedua, pendidikan seharusnya dapat mengintegrasikan pendidikan yang bermacam-macam dalam masyarakat baik pendidikan sekolah, pendidikan dalam masyarakat dan pendidikan di tempat kerja. Pendidikan di Iuar sekolah kadangkala lebih intensif mernberikan pengetahuan dan keterampilan pada bidang tertentu namun faktanya sekolah adalah lembaga pendidikan yang membawa anak kedalam posisi sosial. Keadaan seperti mi menimbulkan kehidupan sosial yang kurang sehat, karena kadangkala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui bermacam-macam pendidikan di luar sekolah yang justru sangat penting untuk mengembangkan ekonomi atau kehidupan manusia kurang mendapat tempat.

2.1.2        Konsep Pendidikan Nasional

            Pengaruh perkembangan nilai dan konsep di bidang pendidikan diakibatkan oleh perkembangan yang terjadi di masyarakat dan perkembangan IPTEK yang makin pesat. Karena itu diperlukan transformasi pendidikan (lembaga pendidikan sekolah, hakekat pendidikan dan fungsi pendidikan) dikembangkan dengan nilai dan konsepsi  secara menyeluruh. Artirya, kita tetap menginginkan fungsi pendidikan sebagai penyiapan peserta didik untuk peranannya di masa depan, melalui pengembangan pengetahuan dan wawasannya, pembentukan keterampilannya dan penemuan dirinya sendiri untuk hidup dengan dan bersama orang lain. Orientasi yang demikian ditegaskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara bahwa;
            Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam da di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam Iingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah".
            Bertolak dari apa yang sudah digambarkan GBHN kita bisa mengatakan bahwa pendidikan siap melayani siapa saja dan kapan saja tanpa mengenal usia. Namun pendidikan tidak hanya mencerdaskan IQ manusia akan tetapi tidak terlepas dari hakekat kemanusiaannya yaitu menjadi manusia yang seutuhnya dan bertaqwa kepa Tuhan yang Maha Esa.

2.2  Hakekat Pendidikan

            Pendidikan mendidik manusia menjadi manusia sehinggah hakekat atau inti dari pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia. Wawasan yang dianut oleh pendidik tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya, disamping konsep pendidikan yang dianut. Raka Joni (1985) menyatakan beberapa asumsi dasar yang berhubungan dengan hakekat pendidikan itu sebagai berikut :
1.      Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulatan  subjek didik dengan kwibawaan pendidik
2.      Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat
3.      Pendidikan meningkatkan kualitas ketiidupan pribadi dan masyarakat
4.      pendidikan berlangsung seumur hidup
5.      Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
            Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Artinya proses pendidikan mempunyai visi yang jelas. Individu menjadi manusia karena proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan manusia lain. Ini mengandung arti bahwa proses interaksi dalam kehidupan social menjadi salah satu panutan atau komponen pembentuk hakekat pendidikan yang dimengerti sebagai memanusiakan manusia.
            bertolak dari asumsi dasar seperti terkemuka, maka peranan kunci dari pendidik adalah generator, dalam arti proses pemandirian subjek didik. Jadi pendidikan sebagai proses menjadikan subjek didik untuk menjadi dirinya sendiri, yang berlangsung sepanjang hayat. (untuk terwujudnya kemandirian tersebut, tahap demi tahap seorang pendidik harus mengangsurkan prakarsa atau tanggung jawab belajar kepada peserta didik. Karena itu, pendidik menyadari sepenuhnya bahwa otoritas profesional yang diberikan kepadanya hanya untuk rnemandirikan subjek didik, bukan untuk menjinakkannya. Dengan kata lain, Ia (pendidik) harus sewaktu-waktu siap menarik diri, ketika ada petunjuk kemandirian subjek didik mulai bertumbuh (Raka Joni, 1989).
            Dernikian hal mi ditegaskan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional merumuskan pengelolaan situasi pendidikan dengan asas pengendalian kependidikan yang teikenal dengan ajarannya:
1.      Tutwuri handayani (jika di be1akang, memberi dorongan)
2.      Ing rnadyo mangun karso (jika di tengah-tengah membangkitkan hasrat untuk be1ajar
3.      Ing ngarso sung tulodo (jika di depan menjadi teladan)
            Dalam keadaan pendidikan seperti tergambar dan dibarengi dengan kedinamisan peranan pendidik, maka akan memungkinkan keterlibatan mental subjek didik yang maksimal untuk mengaktualisasikan pengalaman belajarnya, Konsep inilah yang dinamakan Cara Belajar siswa Aktif, yang pada hakekatnya bertujuan untuk peningkatan martabat kemanusiaan yang didasarkan pada asas pancasila untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
2.3          Faktor factor pendidikan

2.3.1        Tujuan Pendidikan
      Memberikan arah kegiatan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan UU RI No 20/2003 (Bab II pasal 3) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.3.2        Pendidik
      Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan terhadap peserta didik agar bisa menjadi manusia
       Hakikat Pendidik
v  Sebagai agen pendidik,pemimpin,fasilitator,penanggujwab hasil belajar
       Peranan Pendidik
v  Sebagai komunikator (pembawa ilmu)
                        Pendidik harus menguasai materi yg akan disampaikan kepada peserta didik dengan                                     selalu menambah ilmu pengetahuan dan berlatih
v  Sebagai motivator (pemicu minat belajar)
                        Pendidik harus mendorong peserta didiknya agar bergairah dan aktif dalam proses                            pembelajarannya
v  Sebagai administrator (pelaksana administrasi kelas) Pendidik harus berperan sebagai pengambil inisiatif, wakil masyarakat, orang yg ahli di dalam mata pelajaran, penegak disiplin serta pelaksanaan administrasi pendidikan
v  Sebagai konselor (pembimbing murid yang bermasalah)
       Persyaratan menjadi pendidik:
v  Menguasai ilmu yang akan diajarkan
v  Mampu mengajar; merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program pelajaran
v  Punya minat mengajar


2.3.3        Peserta Didik
·         Hakikat Peserta Didik
                  Peserta didik merupakan individu atau sekelompok individu yang menjalani proses                                pendi-dikan agar terjadi perubahan-perubahan pada diri mereka sesuai dengan                                  kualifikasi yang     diharapkan. Syarat untuk menjadi pendidik tergantung dari jenis                                lembaga dan satuan pendidikan di mana peserta didik  menjalani proses pendidikan
·         Karakteristik Peserta Didik
v  Peserta didik memiliki berbagai potensi.
v  Peserta didik merupakan individu-individu yang sedang berkembang.
v  Peserta didik yg satu memiliki perbedaan-perbedaan dg peserta didik lainnya.
v  Peserta didik membutuhkan perhatian dan  perlakuan yang manusiawi.
v  Peserta didik merupakan individu yang aktif  dan kreatif.
v  Peserta didik memiliki berbagai kebutuhan.
·         Perbedaan Individual
v  Perbedaan Kognitif
v  Kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
v  Perbedaan kecakapan bahasa
v  berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis.
·         Perbedaan kecakapan motorik
v  Kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan syaraf      pusat untuk             melakukan kegiatan.
v  Perbedaan latar belakang
v  Perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau             menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan
v  Perbedaan bakat
v  Bakat merupakan kemampuan

2.3.4        Alat Pendidikan
                  Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai           tujuan       pendidikan. Amir Dien Indrakusuma membedakan faktor dan alat pendidikan. Faktor          adalah hal atau keadaan yang ikut serta menentukan berhasil tidaknya pendidikan.          Sedangkan alat adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses        pendidikan. Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek        fungsinya, yakni ; alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah       usaha mencapai tujuan            (untuk mencapai tujuan selanjutnya).
                  Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikkan dengan media             pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Media   pendidikan adalah ”alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan          efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan           dan      pengajaran di sekolah.

                 

2.3.5        Isi-materi pendidikan

                  Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, ditetapkan isi/materi pendidikan relevan. Kita tahu bahwa tujuan pendidikan itu sangat luas, mulai dari tujuan umum      samapai ke tingkat tujuan khusus yang sekecil-kecilnya. Guru harus dapat memberi   penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang akan dicapainya secara konkret, sehingga dapat memilih bahan/materi dengan aspek kogniitf, afektif, dan    psikomotor. Untuk mencapai         tujuan tersebut isi/bahan yang tepat harus dipilih.

Kreteria atau syarat utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan itu adalah
v  Bahan/materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.
v  Bahan/materi harus sesuai dengan peserta didik.

            Materi yag diberikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan, yang mengandung nilai-nilai yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa. Dalam menentapkan bahan/materi tersebut, karakteristik subjek didik pada fase perkembangan tertentu harus pula menjadi pertimbangan.

            Pemilihan bahan/materi di samping harus sesuai dengan tujuan, dituntut pula agar sesuai dengan subjek didik yang dipelajarinya. Bahan/materi yang akan diberikan harus dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, menarik perhatian, minat, umur, bakat, jenis kelamin, latar belakang, dan pengalaman.

Selain bahan/materi tersebut juga perlu diorganisasikan menurut urutannya dengan memperhatikan keseimbangan dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkret menuju yang abstrak, sehingga dapat menuntun para pelajar secara runtun/sistematis, sehingga melahirkan kurikulum.
      Berdasarkan hal diatas, guru harus memilih bahan/materi yang perlu diberikan, bahan mana             yang tidak perlu. Untuk itu guru harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
v  Bahan/materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan. Hanya bahan/ materi yang sesuai dan       menunjang tujuan yang perlu diberikan.
v  Urgensi bahan, yaitu bahan/materi itu penting untuk diketahui oleh peserta didik.
v  Nilai praktis atau kegunaannya diartikan sebagai makna bahan itu bagi kehidupannya sehari-hari.
v  Bahan tersebut merupakan bahan wajib, sesuai dengan tuntutan kurikulum.
v  ahan yang susah diperoleh sumbernya, perlu diupayakan untuk diberikan oleh guru. Untuk bahan yang mudah diperoleh sebaiknya ditugaskan untuk dipelajari, sedangkan guru hanya berbicara pokok-pokoknya saja.


2.3.6        Lingkungan Pendidikan

·               Keluarga
            Keluarga merupakan lembaga pendidikan bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Disini peranan oang tua terutama ibu sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan anak tersebut. Pendidikan keluarga disebut      pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga.


·         Sekolah
                  Tentunya tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan.       Oleh karena itu orang tua menyekolahkan anaknya agar bisa lebih baik lagi di bidang   ilmu pengetahuan dan keterampilannya. Begitu juga dengan sekolah, tentunya             bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.

·         Masyarakat
      Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan pendidikan selain pendidikan dari lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak sudah mulai lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Namun orng tua tidak melepas begitu saja, mereka tetap mengontrol perkembangan atau pendidikan yang didapatkannya. Karena pengaruh yang lebih luas di banding dengan lingkungan pendidikan yang lain.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.


BAB III
PENUTUP


1.1        Kesimpulan
Tanpa pendidikan belum tentu manusia bisa menjadi manusiawi

1.2        Saran
         Jika pendidikan  itu mendidik manusia menjadi manusiawi, hendaknya seorang yang   berpendidikan bertanggung jawab atas pernyataan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA


Thonthowi, Ahmad (1993). Psikologi Pendidikan. Bandung: Penerbit ANGKASA BANDUNG

Drs.Niron,Yoseph (2011). Silabus Matakuliah Pengantar Pendidikan. Kupang: Penerbit OLEH YOSEPH NIRON


Comments

Popular posts from this blog

TUGAS II - KONSEP SISTEM INFORMASI

CONTOH SK PELANTIKAN ORGANISASI