MAKALAH PENDDIKAN DAN PEMBANGUNAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

            Pendidikan dikaui sebagai syarat utama pembangunan. Dalam pembangunan, pendidikan berada pada posisi sentral dimana sasaran utama pembangunan adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM). Pembangunan disini diartikan bukan hanya sekedar pembangunan Fisik seperti pembangunan sarana dan pra sarana berupa gedung, jembatan, pabrik dan lain-lain akan tetapi juga mencakup pembangunan manusianya. Sehingga dengan demikian keberhasilan sebuah pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada persepsi yang keliru tentang arti pembangunan yang menganggap bahwa pembangunan hanya semata-mata pembangunan material dapat berdampak menghambat pembangunan sistem pendidikan. Karena pembangunan itu semestinya bersifat kompherensif yaitu mencakup mencakup pembangunan manusia dan lingkunganya. Ilustrasi diatas sudah terealisasi dan dirasakan serta dilihat  pada kehidupan social dewasa ini.

1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraikan latar belakang diatas kami merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1.      Apa pemahaman kita terhadap pendidikan dan pembangunan
2.      Uraikan apa inti dari Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya!
3.      Seperti Apa Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan?
4.      Mengapa sistem pendidikan harus dibangun?

1.3.TUJUAN
Tujuan rumusan masalah pada poin 1.2 yaitu :
1.      Mengarahkan kita untuk memahami apa itu pendidikan dan apa itu pembangunan.
2.      Kita mampu mengetahui inti dari pendidikan dan pembangunan serta titik temu antara pendidikan dan pembangunan.
3.      Mengetahui pengtinya pendidikan terhadap pembangunan
4.      Mengetahui pentingnya pembangunan system pendidikan.

1.4.TINJAUAN PUSTAKA
Kami mendapat tinjauan materi ini secara pustaka




BAB II
PEMBAHASAN


2.1.PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN SECARA UMUM

  1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

  1. Pengertian Pembangunan
Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses perubahan kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

2.2.ESENSI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN SERTA TITIK TEMUNYA

            Secara umum Pembangunan lazim diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnnya diasosiakan dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, alat komunikasi dan sebagainya. Sedangkan hal yang mengenai sumber daya manusia tidak secara langsung terlihat sebagai sebuah sasaran. Padahal banyak bukti yang dialami oleh banyak negara menunjukkan bahwa kemajuan di bidang ekonomi dan industry yang ditandai oleh kenaikan GNP, lalu kenaikan volume ekspor dan impor sebagai indikatornya , ternanyata otomatis membawa kesejateraan kepada masyarakatnya. Kondisis demikian justru dapat menimbulkan gejala yang negatif antara lain : kegonacangan sosial politik, karena kesengsaraan masyarakat, seperti dialami oleh Negara Pakisatan akhir-akhir ini, meningkatnya angka penganguran dan kemelaratan seperti yang dialami oleh Malaysia dan beberapa Negara yang lain.

            Dari gambaran tersebut diatas menunjukan bahwa pembangunan dalam arti yang terbatas pada bidang ekonomi saja belumlah cukup menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yang terpenuhi hajat hidup dari rakyat baik materil maupun spiritual. Pembaangunan ekonomi dan industry mungkin saja dapat memenuhi kebutuhan akan sandang, paangan dan papan akan tetapi mungkin tidak untu kebutuhan spiritual.
Hal ini dapat terlihat bahwa esensi pembangunan bertumpu dan bertitik pangkal dari manusianya, bukan pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi. Pembangunan bereorintasi pada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Pembangunan dikatakan bertumpu dan berpangkal pada manusia sebab hanya pembangunan yang terarah kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan dengan kodratnya sebagai manusia yang dapat meningkatkan martabatnya sebagai manusia. Peningkatan martabat manusia selaku manusai yang menjadi tujuan final dari pembangunan. Tegasnya pembangunan apapun
jika berakibat menguarangi nilai mansiawi berarti keluar dari esensinya.

            Hakikat pembangunan nasioanal seperi yang dinyatakan dalam GBHN adalah pemabangunan manusia Indonesia. Hal ini dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapat dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk sosial dan makhluk religious, agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk. Jika pembangunan bertolak pada dari sifat hakikat manusia , berorientasi kepada pemenuhuan hajat hidup manusia sesuai sebutan dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya yaitu dapat dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk religious agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk .
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, beroerentasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manuia maka dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “ objek” dan sekaligus juga sebagai “Subjek” pembangunan.

            Manusia sebagai objek pembangunan dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar kedalam diri manusia berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Ikhtiar ini disebut dengan pendidikan. Manusia sebagai sasaran pembangunan (Baca : pendidikan), wujudnya diubah dari keadaan yang masih bersifat potensial ke keadaan actual
Menurut Fuad Hasan “ manusia adalah makhluk yang terentang antara potensi dan aktualisasi . diantara dua kutub tersebut terentang pendidikan. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa pendidikan berperan mengembangkan yaitu menghidup suburkan potensi-potensi “kebaikan” dan sebaliknya mengerdilkan potensi “kejahatan”. Potensi-potensi kebaikan perlu dikembangkan aktualisasinya seperti kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendirian, rasa bebas yang bertanggungjawab, kemampuan bekerja sama, menerima , melaksanakan kewajiaban sebagain keniscayaan, menghormati hak orang lain, dan seterusnya. Oleh adanya perlindungan dan bimbingan orang tua dan pihk lain yang telah dewasa, bayi yang bernjak “status qou”nya dapat rentangan antara “naluri” dan “nurani”. Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan bekal naluri maka tidak ada bedanya manusia dengan hewan. Justru adananya “nurani” menjadi kriterium pembeda yang principal antara manusia dengan hewan. Hal ini sangat jelas terlihat betapa pentingnya peranan pendidikan yang memungkinkan berubahnya potensi manusai menjadi sumber daya atau modal utama pembangunan yang manusiawi.
            Manusia dipandang sebagai “ subjek” pembanguanan karena ia dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/spiritual. Perekayasaan terhadap lingkungan ini biasa disebut dengan pembangunan. Artinya bahwa pendidikan mengarah kedalam diri manusia , sedang pembangunan mengarah keluar yaitu linngkungan sekitar manusia.
Jika pendidikan dilihat dari garis sebuah proses , maka keduanya merupakan suatu garis yang terletak kontinu yang saling mengisi. Proses pendidikan pada suatu gari menempatkan manusia sebagai titika awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkulitas untuk pembangunan, yaitu pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup masyarakat luas serta menganngkat martabat manusia sebagai makhluk. Bahwa hasil pendidikan menunjang pembangunan, juga dapat dilihat dari korelasinya dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi pesert didik yang mengalami pendidikan.
            Dari uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa pendidikan dapat menunjang pembangunan dan sebaliknya hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan. Dengan demikian status pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan antar keduannya.


2.3.SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN
            Jika di teliti secara seksama tidak dapat dipungkiri bahwa andil yang diberikan oleh pendidikan pada pembangunan sunggguh sangat besar. Jika pembangunan dipandang sebagai sistem makro maka pendidikan merupakan sebuah komponen atau bagian dari pembangunan. Ada beberapa sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari beberapa segi yaitu: Segi sasaran, Segi lingkungan pendidikan, Segi jenjang pendidikan, Segi pembidangan kerja atau sector kehidupan.

1.      Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkpribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manuisawi. Prof. Dr. Slamet Imam santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilakn manusia yang baik. Manusia yang baik dimana pun ia berada akan memperbaikai lingkungan.

2.      Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalan berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga (pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan non formal) atau dalam sistem pendidikan pra jabatan dan dalam jabatan.
  1.  Lingkungan keluarga
    Dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habbit formation) tentanng hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Diamping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang penting utamanya hal-hal yang bersifat religious. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangan rasio yang mendominasi perilakunya. Kebiasan baik dan keyakinan-keyakinan penting yang mendarah daging merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan.
  2.  Lingkungan Sekolah
    Pada lingkungan sekolah, peserta didik dibimbing untuk memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kera keluarganya berupa pengetahuan, ketermapilan dan sikap . bekal yang dimaksud disini berupa bekal dasar, lanjutan ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan secara aplikatif (sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersiapkan secara formal dan berguna sebagai sarana penunjang pembangunan diberbagai bidang.
  3.  Lingkungan masyarakat
    Pada lingkungan masyarakat (pendidikan formal), peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khusunya mereka yang tidak sempat melanjutkaan proses belajarnya melalui jalur formal. Pada masyarakat Indoneisia, sistem pendidikn non formal mengalami perekmbangan yang sangat pesat. Hal I ni bertalian dengan semaikn berkembangnnya sector swasta yang menunjangn pembangunan. Disegi lain, hal tersebut dapat diartikan bernilai positif karena dapat mengkompensasikan keterbatasan lapangan kerja formal dilembaga pemerintah. Disamping itu juga dapat memperbesar jumlah angkatan kerja tingkat rendah dan menengah yang sangat diperlukan untk memenuhi proporsi yang sealaras antara pekerja rendah, menengah, dan tinggi. Hal demikian dapat dipandang sebagai upaya untk menciptakan kestabilan nasioanal.

3.      Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah (SM), dan pendidikan Tinggi (PT) memberikan bekal kepada peserta didik secara berkesinambungan . pendidikan dasar merupkaan basic educatioan ynag memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan menengahnya berkualitas, pendidikn mengenag berkualitas jika pendidikan dasarnya berkualitas.
Dengan basic education pada pendidikan dasar juga diratikan bahwa pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada warga Negara yang tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat melibatkan diri kedalam gerak pembangunan.

4.      Segi Pembidangan Kerja Atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain bidang ekonomi, hukum, sosial, politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian, pertambangan , pertanahan dan lain-lain.. pembangunan sektor kehidupan tersebut dapat diartikan sebagai akativitas , pembinaan ,pengemabangan, dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup warga Negara sebagai suatu bangsa sehinggat tetap jaya dalam kancah kehidupan antara bangsa-bangsa di dunia.
Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan jika diisi oleh –orang-orang yang memiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan .


2.4.PEMBANGUNAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

            Menurut Langeveld Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat didik dan harus selalu didik. Bayi hanya akan menjadi manusia jika melalui pendidikan. Sedangkan manusia adalah satu-satunya mahkluk yang dikaruniai potensi untuk menyempurnakan diri. Padahal kesempurnaan itu sendiri adalah suatu kondisi yang tidak akan kunjung dapat dicapai oleh manusia. Oleh sebab itu sangat logis ketika sistem pendidikan merupakan sarana untuk mengantarkan manusia menuju kepada kesempurnaan.
Sebagian pemikir menggambarkan manusia sebagai “makhluk misteri” diri manusia diselubungi oleh segudang teka-teki yang oleh manusia tidak pernah diteukan jawabannya secara final.Disamping itu, pengalaman manusia juga berkembang. Oleh sebab itulah sistem pendidikan sebagai sarana yang mengantarkan manusia menemukan jawaban atas teka-teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.

            Persoalan pendidikan juga dapat dikatakan sebagai persoalan nasional kareana pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Sebagai salah satu contoh jika masyarakat Indonesia pada Pelita VI beruabah dari masyarakat agraris kemasyarkat Industri, tentunya pola pikir dan perilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisi dimana manusia disibukkan dengan kegiatan industri. Kriteria kualitas manusia beruabah sesuai dengan tuntutan masyarkat berkembang. Misalnya pada pendidikan dasarnya, minimal bagi warga Negara berubah dari 6 tahun menjadi menjadi 9 tahun. Untuk dapat menyongsong suasana hidup diperlukan adalah sistem pendidikan harus dirubah. Jika tidak, pendidikan sebagai an agen of social change tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Struktur ny, kurikulumnya, pengelolaannya, tenaga kependidikannya harus dirubah sesuai dengan tuntutan baru.

Secara makro,sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain bertalian erat, yaitu :
- Aspek filosofis dan keilmuan
- Aspek yuridis dan perundang-undangan
- Strukur
- Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orentasi

  1. Aspek filosifis keilmuan
    Aspek filosofis berupa pengarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan nasional yang tentunya memberikan peluang bagi pengembangan sifat hakiki manusia yang besifat kodrati. Untuk segi keilmuan kecuali filsafat juga memberikan sumbangan yang sangat pentinng terhadap sistem pendidikan. Dalam mencapai tujuan yang telah dirummusakan oleh filsafat itu, sistem pendidikaan memerlukan tunjangan dan teori keilmuan.
    Jika struktur pendidikan dan kurikulum diubah dengan maksud agar lebih berdaya guna untuk mecapai tujuan teresebut maka perlu ditopang dengan teori-teori yang andal. Menurut J.H. Gunting Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara “teori” dan “praktek”. Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang pintar, sedangkan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila. (M.J.Langelveld)

  1.  Aspek Yuridis
    Undang- Undang Dasar 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relative tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena UUD 1945 isinya ringkas dan sifatnya lugas.. beberapa pasal melandasi pendidikan, baik sifatnya ekspilisit (pasal 31 Ayat (1) dan (2) pasal 32) maupun yang implisit (Pasal 27 Ayat (1) dan Ayat (2), pasal 34). Pasal-pasal tersebut yang sifatnya masih sangat global dijabarkan lebih rinci kedalam bentuk UU pendidikan.
    Undang- Undang Pendidikan No. 4 Tahun 1950 yang telah dikukuhkan sebagai Undang-undang Pendidikan No. 12 Tahun 1954. Namun ketika Undang-Undang tersebut mulai dirasa kurang sesuai digunakan untuk sebagai dasar penyelenggaran pendidikan, maka pada bulan mei 1989 diterbitkan Undang-Undang baru yang dikenal dengan Undang-Undang RI No. 2. Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasioanal

  1.  Aspek struktur
                Aspek strukrur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan sturktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yag satu kejenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya politik. Pada prakteknya, perkembangan pola strukur tidak dapat dipisahkan dengan aspek filosifis. Misalnya pada zaman penjajahan Belanda sekolah Taman Kanak-kanak belum dianggap sebagai suatu kebutuhan. Jejang pendidikan formal terendah adalah sekolah rakyat/sekolah desa(Volk School) 3 tahun.
    Terjadinya perubahan sturktur dalam sistem pemdidikan kita disebut antara lain : pendidikan guru pada zaman penjajahan Belanda dikenal apa yang disebut CVO (cursus Voor-Onderwijs) dengan lama studi 2 tahun sesudah sekolah Rakyat (SR) 5 tahun, Normal School, yang lama studinya 4 tahun sesudah SR 5 tahun, setara dengan SGB (sekolah Guru Bawah) . Hogere Kweek school (HS) atau hogore inlandche Kweek school (HIK) setara dengan SGA (sekolah Guru Atas). Kemudian karena tamatan SPG (Nama Baru dari SGA) dipandang tidakl berkelayakan mengajar di SD, maka pada Tahun 1990 SPG dihapuska dan diganti dengan PGSD (pendidikan guru sekolah Dasar) yang setara dengan D2 (Diploma Dua), bertaraf akedemik dengan masa studi 2 tahun sesudah SLTA.
    Sedangkan untuk mengajar diSLTP dan SLTA sejak tahun 1954 dipersiapkan PTPG (perguruan Tinggi pendidikan guru ) yang kemudian berubah menjadi FKIP (Fakultas Ilmu Keguran dan Ilmu Pendidikan dengan lama studinya 3 tahun (Sarjana Muda) plus 2 tahun (Sarjana Lengkap.)
                Pada tahun 1970-an LPTIK yang sebelumnya lama studinya 5 tahun diredusir menjadi hanya 4 tahun dengan sebutan Strata satu . serempak dengan itu lahirlah program S2 atau Magister dan program S3 atau program Doktor.

  1. Aspek Kurikulum
                Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikulum berubah maka kurikulm pun berubah. Perubahan yang di maksud mungkin mengenai materinya, oreintasinya, pendekatannya ataupun metodenya.
    Pada zaman penjajahan Belanda karena sederhanya tujuan yang ingin dicapai, maka kurikulum Pada SR dikenal dengan apa yang disebut dengan 3R’s. pada zaman penjajahan Jepang pelajaran diwarnai iklim militerisme (upacara penghormatan Hinomaru, Taiso, latihan kemiliteran, Kingrohosi (kerja bakti) pelajaan bahasa jepang dan tulisa Jepang). Sedangkan pelajaran-pelajarn yang lain di nomor duakan.
    Pada era Orde lama materi pelajaran tujuh bahan zaman orde zaman orde lama dan pokok indoktrinasi (1950-1960) mencapai posisi penting dalam kurikulum, terutama kurikulum pendidikan tinggi. Dengan terjadinya tragedi nasional pada tahun 1965, maka pada era orde baru, mulai tahun 1966, materi pokok ditiadakan dan materi pendidikan moral pancasila menjadi materi pokok dalam kurikulum pada semua jenjang pendidikan.
                Kurikulum pada pra-Universitas secara keseluruhan dibenahi sehingga lahir kurikulum 1968. Tetapi kurikulum ini dianggap belum membrikan rambu-rambu yang jelas, baik orentasinya mapupun pendekatan kurikulumnya, usaha pennyempurnaan selanjutnya menghasilkan kurikulum 1975/1976 yang beroreintasi pada hasil dengan metode PPSI (Prosuder Kurikulum Pengemabngan Sistem Instruksional). Tetapi krena pengalaman antar tahun 1976 sampai dengan 1980 menunjukan bahwa apa yang dikehendaki tidak tercapai. Maka upaya penyempurnaan selanjutnya menghasilkan kurikulum 1984. Model ini memadukan dua oreintasi yaitu product oriented dengan process oriented, yang ditunjang dengan pendekatan CBSA . kemudian pada tahun 1990 kurikulum tersebut dilengkapi dengan muatan local dalam kurikulum yang berlatar beakang pada tuntutan sosial cultural dari derap pembangunan. Dari urai tersebut sangat jelas bahwa sistem pendidikan itu selalu disempurnakan khusnya dari segi kurikulum


 BABA III
PENUTUP


3.1       KESIMUPULAN

1.      Pendidikan merupakan usaha kedalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dari diri manusia
2.      pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya pembangunan. Kemudian manusia selaku sumber daya pembangunan membanguan lingkungannya.
Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptkan manusia pencipta pembangunan.
3.      Pendidikan menghasilakn sumber daya dan tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana dan seterusny)

3.2              SARAN
Pembangunan pendidikan harus diutamankan karena pendidikan merupakan pintu bagi pembangunan yanga lain





 DAFTAR PUSTAKA


Darwis Muhammad, (2011). pendidikan dan pembangunan. From : http://www.psb-psma.org/content/blog/3563-pendidikan-dan-pembangunan. 28/03/2011 - 22:11

Comments

Popular posts from this blog

TUGAS II - KONSEP SISTEM INFORMASI

CONTOH SK PELANTIKAN ORGANISASI